Sore Hari di Desa MBatapuhu, Sumba Timur

Cuaca sore itu menurut saya tidak terlalu panas. Apalagi angin bertiup lumayan semilir.

Waktu di posko menunjukkan pukul 16.30. Sejenak kami melepas lelah setelah melakukan perjalanan sejauh 60 km dalam waktu 1.5 jam. Saking exciting dengan suasana tempat baru tersebut, saya langsung mengeluarkan kamera dan membidik beberapa obyek foto di sekitar posko.

Baca lebih lanjut

Perjalanan Seru ke Desa Mbatapuhu, Sumba Timur

Jam 15.00 waktu setempat kami memulai perjalanan dengan menggunakan dua mobil. Satu mobil Mitsubishi Strada ditumpangi Madoke, Pak Amsal, saya dan Hanggo. Mobil ini juga membawa perlengkapan logistik yang cukup lengkap. Satu lagi adalah mobil sakti yang ditumpangi Mas Doni dan Mas Fajar.

Setelah mulai meninggalkan kota Waingapu, kami melewati jalan beraspal cukup bagus namun sepi. Perjalanan kami akan menempuh jarak sekitar 60 km. Kami dapat menghitung dengan jari rumah-rumah yang kami temui. Namun kami menemukan banyak ternak khususnya kambing dan sapi yang dibiarkan merumput di padang rumput dan pinggir-pinggir jalan tanpa sang empunya. Seringkali kami mengingatkan Madoke yang mengemudikan kendaraan kami, “awas Madoke ..”, karena ternak-ternak itu dengan santainya berada di tengah jalan.

Baca lebih lanjut

Makan Malam di Dermaga Lama, Waingapu

Senin malam kami yang telah sejenak beristirahat di hotel dijemput oleh Pak Amsal untuk makan ikan bakar di dermaga. Wah asik sekali dan sangat menggugah selera! Ya ikan bakar adalah salah satu makanan favorit saya. Pak Charles mengemudikan mobil Kijang yang membawa kami menuju dermaga, orang-orang menyebutnya Dermaga Lama. Berarti ada Dermaga Baru, tetapi kami menuju Dermaga Lama.

Sampai di lokasi kami melihat beberapa warung makan terbuat dari material bambu yang tertata sangat apik. Kami masuk ke salah satu warung.

Baca lebih lanjut

Di Sumba Timur: Menyusuri Jalanan Kota Waingapu (2)

Setelah dari pusat keramaian yaitu Pasar Waingapu, sampailah saya di sebuah lapangan sepakbola. Menurut informasi yang saya dapatkan dari Wikimapia.org, lapangan ini bernama Lapangan Matawai.

Seperti di kampung halaman, lapangan bola yang saya jumpai digunakan oleh murid-murid sekolah dasar untuk pelajaran olahraga. Ada bedanya. Di kampung halaman saya -namanya lapangan Mbonagung-, kami ditemani oleh kawanan kambing (atau kerbau) yang merumput di lapangan. Nah di sini, pelajaran olahraga murid-murid Waingapu ditemani oleh kawanan kuda yang merumput di lapangan.

Baca lebih lanjut

Di Sumba Timur: Menyusuri Jalanan Kota Waingapu (1)

Jarum jam telah meninggalkan pukul 5 pagi ketika saya terbangun dari tidur malam. Di luar masih gelap. Sebentar lagi hari akan segera terang. Sepertinya asik juga berjalan ke luar menikmati pagi hari Kota Waingapu. Saya masih punya waktu tiga jam sebelum dijemput untuk berangkat ke kantor pemda.

Saya pun menyiapkan kamera putri saya DSLR Nikon D70s dengan lensa Nikon 18–70mm. Sebetulnya saya juga telah menyiapkan Handycam Sony DCR-HC28E dari kantor, namun pada akhirnya tidak jadi saya bawa karena saya gantikan dengan kamera saku untuk meliput video.

Baca lebih lanjut

Perjalanan ke Waingapu, Sumba Timur

Jam tangan menunjukkan pukul 05.10, ketika saya telah tiba di Bandara Husein Sastranegara Bandung. Saya melihat Mas Hanggo dan Mas Fajar dari Wastama telah berada di ruang tunggu. Ya, Senin pagi itu kami bersiap melakukan perjalanan ke Waingapu, Kab. Sumba Timur dalam rangka suatu perjalanan dinas dari PP TIK ITB.

Perjalanan ini adalah kunjungan ke-2 Tim PP TIK ITB setelah kunjungan pertama yang dilakukan oleh Pak Armein Langi dan Pak Joko Siswanto pada akhir tahun lalu. Pada perjalanan dinas ini kami telah mengantongi beberapa agenda di antaranya adalah presentasi bersama WVI di depan Bapak Bupati berikut jajarannya, survey sekolah, survey desa, dan survey pendukung.

Baca lebih lanjut

Tour de Kupang

Pertengahan Agustus lalu saya memiliki kesempatan untuk mengunjungi keluarga di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Singkat cerita, dari pesawat Mandala Air yang tengah landing saya dapat melihat sebagian daratan dari Pulau Timor. Sekilas, daratan kelihatan gersang dan sangat minim pepohonan. Pantas saja ya kalau kota Kupang terkenal dengan udaranya yang panas.

Mendarat di bandara El Tari, saya pun menjejakkan kaki untuk pertama kalinya di kota yang dijuluki sebagai Kota Karang ini. Kesan pertama, udara memang terasa panas. Sebagai seorang yang suka berpetualang, cuaca bukanlah suatu masalah. Dalam benak saya, kota ini menyimpan tempat-tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi. Baca lebih lanjut